A.   PENDAHULUAN
1.  Katalogisasi Subyek
Katalogisasi atau pengatalogan adalah proses pembuatan katalog dimana dalam katalog dicantumkan data penting yang terkandung dalam bahan pustaka, baik ciri fisik maupun isi intelektual, seperti nama pengarang, judul buku, penerbit dan subyek.  Jadi katalogisasi adalah proses pengambilan keputusan yang menuntut kemampuan menginterpretasikan dan menerapkan berbagai standar sehingga hal-hal penting dari bahan pustaka terekam menjadi katalog.
Tujuan katalogisasi adalah merupakan sarana yang efisien membantu pengguna perpustakaan dalam memperoleh dokumen.  Menurut Cutter (1876) tujuan katalog adalah sebagai berikut:
1.Memungkinkan seseorang menemukan sebuah informasi/buku yang diinginkan melalui katalog yang dibuat berdasarkan berdasarkan pengarang, judul atau subyek tertentu.
2.Menunjukan informasi/buku yang dimiliki oleh perpustakaan dengan melalui katalog pengarang atau subyek tertentu, dan dalam jenis literatur tertentu.
3.Membantu petugas dalam pemilihan informasi/buku berdasarkan edisi dan karakter dari informasi/buku tersebut.
Jadi untuk melakukan kegiatan katalogisasi dan klasifikasi secara baik dan benar, maka beberapa tip berikut dapat diikuti :
   >Mengikuti kaidah klasifikasi yang sudah ada sebagai acuan
   >Mengembangkan sendiri sesuai dengan keadaan pada masing-masing perpustakaan
   >Jangan takut untuk berkreasi dan berinovasi
2.  Analisis Subyek
Sebelum melakukan proses kegiatan klasifikasi, terlebih dahulu kita akan melakukan "analisis subyek”  sebagai kegiatan utama yang tidak kalah penting dengan kegiatan mengklasifikasi itu sendiri. Kegiatan analisis subyek ini merupakan kegiatan yang sangat penting dan memerlukan kemampuan intelektual, karena di kegiatan inilah ditentukan subyek apa, dan akan diletakkan dimana suatu dokumen/bahan pustaka tersebut nantinya. Oleh karena itu, analisis ini harus dikerjakan secara cepat, cermat dan konsisten.
Dalam menentukan isi bahan pustaka, pustakawan harus mengetahui tentang apa dokumen/bahan pustaka itu. Setidak-tidaknya seorang pustakawan harus mengetahui hal itu secara umum. Dalam aktivitasnya pustakawan berurusan dengan dunia pengetahuan (universe of knowledge). Meskipun demikian, seorang pustakawan tidak harus seorang pakar (expert) atau ahli dalam suatu bidang pengetahuan. Namun, yang perlu dimiliki oleh seorang pustakawan adalah pengetahuan mengenai sifat, struktur, dan hubungan yang terdapat di antara bidang-bidang pengetahuan  satu dengan yang lain.
Untuk melaksanakan kegiatan analisis subyek ini ada dua hal yang perlu diketahui  atau dipahami, yaitu tentang "jenis konsep" dan "jenis subyek". Dengan mengenali dua hal tersebut, pustakawan akan sangat terbantu sekali dalam kegiatan menetapkan subyek yang tepat dari suatu dokumen/bahan pustaka tersebut.
2.1. Jenis Konsep
 Dalam suatu dokumen/bahan pustaka dapat dibedakan tiga jenis konsep, yaitu disiplin ilmu, fenomena dan bentuk penyajian suatu dokumen/bahan pustaka. 
2.1.1  Disiplin Ilmu, yaitu istilah yang digunakan untuk satu bidang atau cabang ilmu pengetahuan. Misalnya hukum, sosiologi, filsafat adalah disiplin-disiplin yang merupakan bidang atau cabang pengetahuan. Disiplin ilmu dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:
  a) Disiplin fundamental, meliputi bagian-bagian utama dari ilmu     pengetahuan. Para ahli berbeda pendapat dalam menetapkan disiplin fundamental ini. Namun demikian, ada tiga kelompok disiplin fundamental yang diakui dewasa ini oleh banyak ahli, yaitu  Ilmu Sosial, Ilmu Alamiah, dan Ilmu Kemanusiaan
  b) Subdisiplin, merupakan bidang spesialisasi dalam satu disiplin fundamental. Misalnya biologi, kimia, fisika adalah subdisiplin dari disiplin fundamental ilmu-ilmu alamiah.
2.1.2  Fenomena, yaitu "benda" atau "wujud" yang dikaji dalam suatu disiplin ilmu. Misalnya Psikologi Remaja, terdapat dua konsep yaitu "Psikologi" dan "Remaja". ”Psikologi" merupakan konsep disiplin ilmu, sedangkan "Remaja" adalah fenomena yang menjadi obyek kajian disiplin tersebut. Obyek atau sasaran yang menjadi fenomena dapat dibedakan menjadi dua, yaitu obyek konkrit (misal: remaja, padi, kendaraan) dan obyek abstrak (misal hukum, moral, cinta) 
2.1.3.  Bentuk, adalah cara bagaimana suatu subyek disajikan dalam suatu dokumen/bahan pustaka. Konsep bentuk dibedakan menjadi tiga, yaitu:
  a.  Bentuk fisik, yakni medium atau sarana yang digunakan dalam menyajikan suatu subyek, misalnya dalam bentuk buku, majalah, kaset, CD-ROM, disket dan sebagainya. Bentuk fisik tidak mempengaruhi isi  bahan pustaka.
  b.  Bentuk penyajian, yaitu menunjukkan pengaturan atau organisasi isi bahan pustaka. Bentuk penyajian ini meliputi :
      >Yang menggunakan lambang-lambang dalam penyajiannya, seperti bahasa (dalam bahasa Jawa,  Arab dsb.), gambar (peta, karikatur dsb.)
      >Yang memperlihatkan tata susunan tertentu, misalnya abjad, kronologis dan sebagainya
      >Yang penyajiannya untuk kelompok tertentu. Misalnya Bahasa Arab untukPemula, Internet untuk Pustakawan dan sebagainya. Kedua bahan pustaka tersebut adalah mengenai "Bahasa Arab" dan "Internet" bukan tentang "Pemula" dan "Pustakawan".
  c. Bentuk intelektual, yaitu aspek yang ditekankan dalam pembahasan suatu  subyek. Misalnya Filsafat Sejarah. Di sini yang menjadi subyek adalah "Sejarah", sedangkan "Filsafat" adalah bentuk intelektualnya. Sebaliknya Sejarah Filsafat, yang menjadi subyek adalah "Filsafat", sedang "Sejarah" adalah bentuk penyajian intelektualnya.
2.2   Jenis Subyek
Dalam kegiatan analisis subyek, ada bermacam-macam jenis subyek suatu dokumen/ bahan pustaka,  yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu: 
a. Subyek dasar, yaitu subyek yang hanya terdiri atas satu disiplin atau sub disiplin ilmu saja. Misalnya: Pengantar Ilmu Hukum, yang menjadi subyek dasarnya adalah "Hukum".
b. Subyek sederhana, yaitu subyek yang hanya terdiri atas satu faset yang berasal dari satu subyek dasar. Misalnya: Agama di Indonesia, terdiri atas subyek dasar "Agama" dan faset tempat "Indonesia". (Faset ialah sekelompok fenomena yang dikaji oleh disiplin ilmu tertentu dan memiliki satu ciri bersama. Tiap bidang ilmu mempunyai faset-faset yang khas, dan anggota dari satu faset disebut fokus. Sebagai contoh: Dalam ilmu pendidikan dikenal adanya sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi, ini semua merupakan anggota dari faset lembaga pendidikan).
c. Subyek majemuk, ialah subyek yang terdiri atas subyek dasar disertai fokus-fokus dari dua faset atau lebih. Misalnya: Hukum Perkawinan di Indonesia, di sini ada satu subyek dasar, yaitu "Hukum" dan dua faset, yaitu "Hukum Perkawinan" (faset jenis) dan "Indonesia (faset tempat). 
d. Subyek kompleks, yaitu bila ada dua atau lebih subyek dasar yang berinteraksi antara satu sama lain. Misalnya: Pengaruh Filsafat terhadap Ilmu Kalam, di sini terdapat dua subyek dasar, yaitu "Filsafat" dan "Ilmu Kalam". Untuk menentukan subyek yang mana yang akan diutamakan dalam subyek kompleks ini perlu diketahui hubungan interaksi antara subyek tersebut, yang disebut dengan istilah fase. 
Dalam subyek kompleks terdapat empat fase yaitu:
   a. Fase bias, yaitu suatu subyek yang disajikan untuk kelompok tertentu. Dalam hal ini subyek yang diutamakan adalah subyek yang disajikan. Misalnya: Komputer untuk perpustakaan, subyek yang diutamakan adalah "Komputer".
    b. Fase pengaruh, yaitu bila dua atau lebih subyek dasar saling   mempengaruhi antara satu sama lain. Dalam hal ini subyek yang diutamakan adalah subyek yang dipengaruhi. Misalnya: Pengaruh Krisis Ekonomi terhadap Perceraian, di sini subyek yang diutamakan adalah "Perceraian".
  c. Fase alat, yaitu subyek yang digunakan sebagai alat untuk menjelaskan atau membahas subyek lain. Dalam hal ini subyek yang diutamakan adalah subyek yang dibahas atau dijelaskan. Misalnya: Penggunaan Analisis Statistik terhadap Keberhasilan Program KB di Indonesia, di sini yang diutamakan adalah “KB".
  d. Fase perbandingan, yaitu dalam satu bahan pustaka terdapat berbagai subyek tanpa ada hubungannya antara satu dengan yang lain. 
 
2.3  Langkah-Langkah Praktis Analisis Subyek
Untuk mengetahui subyek suatu bahan pustaka dengan analisis subyek dapat mengikuti langkah-langkah praktis berikut:
1.Melalui Judul, seringkali dengan melihat, mempelajari dan memahami judulnya saja suatu bahan pustaka sudah dapat ditentukan subyeknya. Cara ini biasanya dapat diterapkan pada buku-buku ilmiah atau buku-buku teks.
2.Melalui daftar isi, apabila melalui judul belum dapat diketahui subyeknya, maka adakalanya dengan melihat daftar isi subyek bahan pustaka tersebut dapat diketahui.
3.Melalui daftar bahan pustaka atau bibliografi yanng digunakan oleh pengarang untuk menyusun karya tersebut.
4.Dengan membaca kata pengantar atau pendahuluan. Kadang-kadang dalam  pengantar atau pendahuluan, pengarang menyebutkan inti atau topik yang akan dibahas dan ruang lingkupnya.
5.Apabila melalui langkah-langkah di atas masih belum dapat membantu menetapkan subyek bahan pustaka, maka hendaklah dengan membaca sebagian atau keseluruhan dari isi karya tersebut.
6.Menggunakan sumber lain, seperti: Bibliografi, katalog, kamus, biografi, ensiklopedi, tinjauan buku dan sebagainya.
7.Seandainya setelah melalui cara-cara di atas masih belum juga dapat membantu menentukan subyek bahan pustaka, hendaknya menanyakan kepada orang yang ahli di bidang subyek tersebut (subject specialist).
3.  Langkah-Langkah Praktis Pra-Penggunaan DDC 22
Untuk dapat memakai DDC dengan baik, diperlukan ketelitian, ketekunan dan latihan. Mempelajari dan memahami pola umum sistem kerja DDC harus dilakukan sebelum memulai kegiatan klasifikasi dengan menggunakan DDC. Berikut beberapa langkah praktis dalam menggunakan DDC.
Prinsip desimal
DDC membagi ilmu pengetahuan ke dalam 10 kelas utama, masing-masing kelas  utama dibagi kedalam 10 bagian yang disebut dengan divisi. Tiap-tiap divisi  dibagi lagi menjadi 10 bagian lagi yang disebut seksi.
Prinsip Umum ke khusus
 DDC membagi ilmu pengetahuan dari subyek umum ke subyek khusus.
 Misalnya :
  AGAMA
   Kelas utama  200
   Divisi pertama 201 – 209  karya-karya agama secara umum yang meliputi filsafat, kamus, organisasi dan sejarah agama pada umumnya
   Divisi kedua  210 – 219  agama lain
   Divisi ketiga  290 – 299  Agama-agama lain selain agama Nasrani
Prinsip Disiplin Ilmu
Sistem DDC didasarkan pada disiplin atau cabang ilmu pengetahuan tertentu.  Bidang atau disiplin ilmu pengetahuan dapat dibahas atau didekati dari berbagai  aspek.
 Misalnya :
  AGAMA
   Bangunan keagamaan   727
   Pendidikan agama dan moral  649.7
   Biografi alim ulama   922
Prinsip hierarkhi
Sistem DDC mengikuti pola hubungan dalam notasi, antar disiplin ilmu dan antar  subyek. Hubungan antar notasi diartikan bahwa perincian subyek lebih lanjut  dilakukan dengan penambahan satu bilangan pada notasi pokok.
  Misalnya :
300 Ilmu sosial 
340 Ilmu hukum
341 Hukum internasional
341.1 Sumber hukum internasional
341.2 Masyarakat dunia
341.3 Hubungan antar negara
Mnemonik
Dalam DDC sering kali terdapat angka konsisten yang acapkali digunakan untuk membentuk subjek. Angka tersebut mencerminkan subjek yang sama, misalnya Italia memperoleh angka 5 ( namun angka 5 tidak selalu pada Italia). Sistem enumertif merupakan sistem yang mendaftar topik atau bahasan yang ada sementara sistem sintesis analisis merupakan sistem yang mampu mensintesiskan berbagai pokok atau bahasan secara analisis. Gawai untuk keperluan mengingat, mengenali, serta mengembangkan sistem analisis inilah yang disebut dengan mnemonics.
B.   DDC (DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION)
 1.Bagan Utama
Dewey membagi berbagai disiplin pengetahuan yang ada ke dalam sepuluh kelas utama (main class), dengan satu “Generalities”. Ke-sepuluh kelas utama tersebut adalah:
000 Ilmu komputer, informasi umum 
100 Filsafat & psikologi
200 Agama 
300 Ilmu Sosial 
400 Bahasa 
500 Sains  
600 Teknologi  
700 Seni & rekreasi 
800 Sastra 
900 Sejarah & geografi
Selanjutnya, kelas-kelas utama tersebut dibagi lagi ke dalam sepuluh divisi, yang masing-masing divisi dibagi lagi ke dalam sepuluh section.
000 Ilmu Komputer, informasi umum
010 Bibliographies 
020 Perpustakaan & ilmu informasi 
030 Encyclopedias & buku fakta 
040 [Unassigned] 
050 Majalah, jurnal & SERIALS 
060 Asosiasi, organisasi & museum 
070 Berita media, jurnalistik & penerbitan 
080 Kutipan 
090 Mushaf & buku langka 
100 Filsafat & psikologi 
110 Metafisika 
120 Epistemology 
130 Parapsikologi & okultisme 
140 Sekolah pemikiran 
150 Psikologi 
160 Logic 
170 Kode Etik 
180 Purba, abad timur & filosofi 
190 Filsafat barat modern 
200 Agama 
210 Filsafat & teori agama 
220 Alkitab 
230 Kekristenan & teologi Kristen 
240 Praktek & pemeliharaan Kristen 
250 Praktik kehidupan Kristen & agama pesanan 
260 Organisasi Kristen, pekerjaan sosial & ibadah 
270 Sejarah Kekristenan 
280 Christian denominations 
290 Agama lain-lain  
300 ilmu sosial, sosiologi & antropologi 
310 Statistik 
320 Ilmu politik 
330 Ekonomi 
340 Hukum 
350 Umum & administrasi militer ilmu 
360 Sosial & masalah pelayanan sosial 
370 Pendidikan 
380 Niaga, komunikasi & transportasi 
390 Bea Cukai, etiket & cerita rakyat 
400 Bahasa 
410 Linguistik 
420 Bahasa Inggris & bahasa Inggris Lama 
430 Bahasa Jerman & terkait
440 Bahasa Prancis & terkait
450 Italia, Rumania & bahasa terkait
460 Bahasa Spanyol & Portugis 
470 Bahasa Latin & Miring
480 bahasa Yunani klasik & modern
490 Bahasa Lain-lain 
500 Ilmu-ilmu Terapan
510 Matematika 
520 Astronomi 
530 Fisika 
540 Kimia 
550 Bumi & ilmu geologi 
560 Orangtua & prasejarah kehidupan 
570 Life sciences; biologi 
580 Tanaman (Botani) 
590 Animals (Hewan) 
600 Teknologi 
610 Kesehatan & Pengobatan
620 Rekayasa 
630 Pertanian 
640 Manajemen Rumah & keluarga                
650 Management & public relations 
660 Chemical engineering 
670 Manufaktur 
680 Industri spesifik 
690 Bangunan & konstruksi 
700 Seni 
710 Landscaping & perencanaan wilayah 
720 Arsitektur 
730 Sculpture, keramik & Logam 
740 Pendapat & seni dekoratif 
750 Lukisan 
760 Grafika seni 
770 komputer Fotografi & seni 
780 Musik
790 Olahraga, permainan & hiburan 
800 Literatur, retorika & kritik 
810 American literatur dalam bahasa Inggris 
820 Bahasa Inggris Lama & sastra 
830 Sastra Jerman & terkait 
840 Sastra Prancis & terkait 
850 Sastra Italia, Rumania & terkait   
860 Sastra Spanyol & Portugis 
870 Latin & Miring sastra 
880 Sastra Yunani klasik & modern
890 Sastra lain-lain  
900 Sejarah 
910 Geografi & travel 
920 Biografi & silsilah 
930 Sejarah kuno dunia (ke ca.499) 
940 Sejarah Eropa 
950 Sejarah Asia 
960 Sejarah Afrika 
970 Sejarah Amerika Utara 
980 Sejarah Amerika Selatan 
990 Sejarah daerah lain
Selanjutnya susunan hirarkhi secara terperinci dari salah satu subyek (klas utama) adalah sebagai berikut:
  400 Bahasa 
  410 Linguistik
  411 Menulis sistem 
  412 Etimologi
  413 Kamus
  Dan seterusnya.
 2.Indeks Relatif
Untuk membantu mencari notasi suatu subyek dalam suatu dokumen,  dalam DDC terdapat daftar dari banyak istilah yang disebut dengan "indeks relatif". Di dalam indeks relatif ini terdaftar sejumlah istilah yang disusun menurut abjad, yang mengacu ke notasi yang ada dalam bagan. Di dalam indeks relatif ini didaftar terdapat juga sinonim untuk suatu istilah serta hubungan-hubungan dengan subyek lain.
Misalnya :
  Hewan
   Anatomi  591.4
   Cerita tentang  800
   Kedokteran  636.089  
   Menggambar  743.6
   Pertunjukan  791.8
Meskipun dalam DDC dilengkapi dengan indeks relatif, proses klasifikasi tidak boleh langsung memberikan nomor/notasi pada suatu koleksi dengan angka yang diperoleh melalui indeks relatif. Tetapi harus dicek dan dicocokkan dahulu dengan nomor/notasi yang ada di bagan utama DDC.
3.Tabel-Tabel
3.1 Tabel 1  Standar Subdivisi
Notasi dalam Tabe 1 tidak pernah digunakan secara tersendiri, tetapi dapat digunakan dengan setiap notasi di bagan utama .Dalam Tabel 1 pembagian notasi menggunakan 0, 00 atau 000 disesuaikan denganinstruksi yang ada.
Ringkasan notasi Tabel 1 adalah :
 -01 Filsafat dan Teori
 -02 Aneka Ragam
 -03 Kamus, Ensiklopedi, Konkordans
 -04 Topik-Topik Khusus
 -05 Penerbitan Berseri
 -06 Organisasi dan Manajemen
 -07 Pendidikan, Penelitian, dan Topik-topik Berkaitan
 -08 Sejarah dan Diskripsi Berkenaan Jenis-jenis Orang
 -09 Pengeloaan Historis, Geografis, Perorangan
Beberapa prinsip penggunaan Tabel 1 adalah sebagai berikut
Jika notasi sudah tercetak dalam bagan, maka Tabel 1 bisa langsung ditambahkan
Contoh :
 A Diretory of Mineralogist
 
 549    Mineralogy
 -025  (T1)  Directories of persons and organizations
 ==>    549  +  -025 (T1)
        549.025
Jika notasi sudah tercetak, maka menggunakan 0
Contoh :
 The Quarterly Journal of Technology
  
 600   Technology (Applied Science)
 -05   (T1)   Serial Publications
 ==>   600  +  -05 (T1)
       6    +  -05
       605
Jika dalam notasi sudah tercetak 0, maka menggunakan 00
Contoh :
Current Methods Used in Adult Education Research
 374   Adult Education
 -072  (T1) Research
 ==>   374  +  -072 (T1)
       374.0072   (bukan 374.072) 
Jika dalam notasi sudah tercetak 00, maka menggunakan 000
Contoh :
  * Outline of Eastern European History
  947  Eastern Europe. Union of Soviet Socialist Republics (Soviet Union)
  -0202  Synopses and outline
  ==> 947 + -0202 (T1)
      947.000202 (bukan 947.0202)
  * Kamus Hukum
  340  Ilmu Hukum
  -03  (T1) Kamus, ensiklopedi, konkordans
   
  ==> 340 + -03 (T1)
      340.003  (bukan 340.03)
3.2 Tabel 2  Wilayah
Pemakaian notasi dalam Tabel 2 digunakan bersama dengan notasi yang ada di bagan utama, dengan melalui notasi -09 dari Sub divisi standard. 
Ringkasan dari Tabel 2 :
   -1 Wilayah Geografi, Periode Sejarah, Orang
   -2 Manusia (Orang)
   -3 Dunia Kuno
   -4 Eropa, Eropa Barat
   -5 Asia, Timur Jauh
   -6 Afrika
   -7 Amerika Utara
   -8 Amerika Selatan
   -9 Bagian lain dunia dan dunia extraterestrial, Oceania
Beberapa prinsip penggunaan Tabel 2 adalah sebagai berikut :
Notasi Subyek Dasar + T2 (secara langsung)
Contoh:
  Patriotic Societies of France
  
  369.2Hereditary, Military, Patriotic Societies
  -44  (T2) France and Monaco 
  ==>   369.2  +  -44 (T2)
        369.244
Notasi Subyek Dasar + -09 (T1) + T2
Contoh :
  A History of Mining in 19th Century Colorado
  622  Mining and Related Operations
  -09  (T1) Historical, Geographical person treatment
  -788  (T2) Colorado
  -09034  (T1) 19th century, 1800-1899
  ==>     622 + -09 (T1) + -788 (T2) + -09034 (T1)
          622.0978809034
Notasi   9 + T2     (Untuk subyek sejarah)
Contoh :
  The History of Pawtucket, Rhode Island
  
  900  Geography, history and auxiliary disciplines
  -7451 (T2) Providence County
  ==> 900 + -7451 (T2)
      9     + -7451
      974.51
Notasi   91 + T2    (Untuk subyek Geografi)
Contoh :
  Geography of Martha's Vineyard, Massachusetts
  910  Geography and Travel
  -74494  Dukes County
  ==>  910 + -74494 (T2)
       91  + -74494  
       917.4494
3.3 Tabel 3  Subdivisi Sastra
Dalam klas sastra atau notasi 800 an dikenal dengan bentuk penyajian khusus yang disebut dengan Sub Divisi Masing-Masing Sastra. 
T3 ini dibagi dibagi ke dalam 3 sub tabel, yaitu Tabel 3A, Tabel 3B dan Tabel 3C
   *  Tabel 3A, digunakan untuk sub divisi bagi karya   yang disusun oleh atau tentang pengarang individu
   *  Tabel 3B, digunakan untuk  sub divisi bagi karya yang dibuat oleh atau tentang pengarang lebih dari satu
   *  Tabel 3C, notasinya ditambahkan sesuai dengan instruksi yang ada pada T3B, notasi 700.4, notasi 791.4 dan notasi 808 – 809
Bentuk-bentuk tabel sastra diantaranya adalah
-1   Puisi
-2   Drama
-3   Fiksi
-4   Esei
-5   Pidato
-6   Surat/Abjad
-7   Humor & Satire (Sindiran)
     Tidak digunakan dalam Tabel 3A (tidak digunakan untuk karya pengarang individu)
-8   Karya Sastra Kumpulan
Notasi dasar sastra untuk klas yang diakhiri dengan 0 adalah angka sebelum 0 (angka 0 dihilangkan)
Contoh :     
Sastra Inggris  82  bukan  820
Cara Penggunaan Tabel 3
Notasi sudah terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap
Contoh :   
    * French Drama   842
      840  French
      -2 (T3)  Drama
      ==>   840  +  -2 (T3)
            84    +  -2
            842 
    * An Antology of English Fantasy
      820 Antology in English
     -08 (T3B) Collections of Literary texts in more than one form
     -015 (T3C) Symbolism, allegory, fantasy, myth
      ==> 820 + -08 (T3B) + -015 (T3C)
          82   + -08            + -15
          820.8015
 
Notasi tidak terdaftar dalam bagan
Contoh :
   * French Drama for Radio and TV
      ==>  840  +  -202 (T3)
           84    +  -202
           842.02
    * Deutch Literature   
    
      830  Deutch
      -9312 (T3) 
      ==>  830  +  9312 (T3)
           83    +  9312
           839.312 
3.4  Tabel 4  Subdivisi Bahasa
Penggunaan aturan pemakaian Tabel 4 adalah sama dengan Tabel 3, yaitu   notasi dasar bahasa untuk klas yang diakhiri dengan 0 adalah angka sebelum 0 (angka 0 tidak digunakan/dihilangkan)
Ringkasan dari Tabel 4 adalah : 
  -1 Sistem penulisan,  fonologi, fonetik dari bentuk standar bahasa
  -2 Etimologi standar bentuk bahasa
  -3 Kamus standar bentuk bahasa
  -5 Grammar Standar bentuk bahasa
  -7 Variasi Sejarah dan Geografi, variasi nongeografi modern
  -8 Standar penggunaan bahasa (linguistic perspektif) penggunaan linguistic 
Contoh :
  Language Today (A Canadian English Language Periodical)
  420 English and Old English (Anglo-Saxon)
  -05  (T1) Seral Publications
  ==> 420 + -05 (T1)
      42   + -05  
      420.5
Cara penggunaan Tabel 4
Penggunaan Tabel 4 adalah sama dengan penggunaan Tabel 3 yaitu :
Notasi sudah terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap
Contoh :   
    Tata Bahasa Indonesia  
    ==>  499.221  +  -5 (T4)
         499.221 5
Notasi tidak/belum terdaftar dalam bagan
Contoh :
  The Definitive French Dictionary
  
  440  Romamce Language    French
  -3  (T4) .3 Dictionaries of the standard form of the language
  ==>  440.3
 
Penggunaan Kans untuk meklasifikasi koleksi kamus
Kamus Satu Bahasa
Contoh :
  Kamus Tata Bahasa Indonesia
 
  499.221  Tata bahasa Indonesia
  -03 (T1) Kamus
  ==>     499.221  +  -03 (T1)
          499.221 03
Kamus Dua Bahasa
Pedoman dalam mengklasifikasi kamus 2 bahasa adalah 
Bahasa yang Kurang Dikenal diambil dari bagan + -3(T4)+ Bahasa yang lebih dikenal diambil dari T6
Contoh :
 Kamus Inggris Indonesia
 Di Negara Indonesia, kamus tersebut memiliki nomor klasifikasi sebagai berikut :
 ==>   420 + -3 (T4) + 992 21 (T6)
       42  + -3      + 992 21 
       423.992 21
 Di Inggris, dengan judul yang sama, klasifikasi tersebut menjadi berbeda, yaitu:
  
 ==>   499 221 + -3 (T4) + -21 (T6)
       499.221 321
Kamus Lebih dari 2 bahasa (Poliglot)
Untuk jenis kamus polyglot, menggunakan nomor 413.
Contoh :
 A dictionary with terms in English, French, and  German, but with  definitions only in English  413.21
 
 413  Polyglot
 -21  (T2) English
 ==> 413 + -21 (T2)
     413.21
 
3.5   Tabel 5  Ras Etnik dan Kebangsaan
Tabel 5 tidak pernah digunakan secara tersendiri, tetapi digunakan dengan menambahkan  notasi dari Tabel 5 secara langsung ke notasi di bagan (selama ada perintah) atau menambahkan -89 dari Tabel 1 dan notasi dari Tabel 5. 
Ringkasan Tabel 5 adalah :
   -1 Amerika Utara
   -2 Bangsa Inggris, Anglo saxon
   -3 Bangsa Jerman
   -4 Bangsa Latin Modern. 
   -5 Bangsa Italia, Rumania dan sejanis
   -6 Bangsa Spanyol dan Portugis
   -7 Bangsa Italia yang lain
   -8 Bangsa Yunani dan sejenisnya
   -9 Kelompok ras, Etnik, dan Nasional yang lainnya
Contoh :
  * History of the Burmese in New Zealand
  993       New Zealand
  993.004   Racial, ethnic, national groups
  -958 (T5) Buemese
  ==>       993.004 + -958 (T5)
            993.004958
  * Seni Melipat Kertas Khas Jepang
  
  736.982   Origami
  -956 (T5) Japanese 
  ==>       736.982 + -956 (T5)
            736.982956
 
  * World History of the Irish People
  909     World History
  909.04  History with respect to racial, ethnic, national groups
  -9162   (T5) Irish
  ==>     909.04 + -9162 (T5) 
          909.049162
3.6 Tabel 6  Bahasa
Tabel 6 adalah tabel "Bahasa," yaitu tabel yang digunakan untuk  menunjukkan  bahasa tertentu. Ringkasan dari Tabel 6 adalah;
  -1  Bahasa Indo-Eropa
  -2 Bahasa Inggris dan Inggris Kuno (Anglo Saxon)
  -3 Bahasa Jerman
  -4 Bahasa Roman
  -5 Bahasa Italia, Sardinian, Dalmatian, Romania, Rhaeto-Romanic
  -6 Bahasa Spanyol dan Portugis
  -7 Bahasa Italic
  -8 Bahasa Hellenic
  -9 Bahasa Lainnnya
 Contoh :
  * A Modern Version of the Bible in Japanese
  
    220       Bible
    220.5     Modern Versions and Translations
    -956 (T6) Japanese
    ==>       220.5 + -956 (T6)
              220.5956
  * Pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia
    419.071   Pengajaran
    -2  (T6)  Bahasa Inggris
    -09  (T1) Pengolahan historis, geografis, perorangan
    -588 (T2) Indonesia
    ==>       419.0712 + -2 (T6) + -09 (T1) + -588 (T2)
              419.07109588
  * Terjemahan Al-Qur’an dalam Bahasa Cina
  
    297.1225  Terjemahan Al Quran
    -951 (T6) Cina
    ==>       297.1225 + -951 (T6)
              297.107598
4.Prinsip-prinsip Tambahkan pada (Add to base number ....)
Cara kerja prinsip ini adalah dengan menambahkan nomor yang ada dalam bagan sesuai dengan perintah yang terdapat dalam bagan tersebut. Untuk menambahkan secara langsung notasi yang ada pada Tabel 2 ke notasi subyek dasar (SD), harus ada instruksi “Add to base number…”  
Prinsip-prinsip yang harus diingat dalam instruksi “Tambahkan pada  (Add to base number…)” adalah:
Bagan + Bagan
Contoh :
  * The manufacture of equipment for basketball
    688.76  Equipment for outdoor sports and games
            Add to base number 688.76 the numbers following 796 in  796.1-796.9,  e.g., tennis   rackets 688.76342 ; however, for  skates, skateboards, skis, see 685.36; for camping  equipment, see 685.53  For equipment for equestrian  sports and animal racing, see 688.78; for equipment for  fishing, hunting, shooting, see 688.79
    -232    Basketball
    ==>     688.76 + -76
            688.76232
Bagan + Tabel
Contoh :
   * Kondisi dan Situasi Ekonomi di Indonesia 
     338.09      Kondisi dan Situasi Ekonomi 
                 (Class here existing and potential resources for production,   industrial conditions and situation, industrial surveys,  location  of  industry. Add to base number 338.09  notation  T2--001-T2--9 from Table 2, e.g., industrial surveys of  Canada 338.0971)
     -598 (T2)   Indonesia 
     ==>         338.09 + -598 (T2)
                 338.09598
  *  Peta Indonesia
     912       Peta 
               Add to base number 912 notation T2--3-T2--9 from Table  2,  e.g., maps  of Du Page County, Illinois 912.77324
     -598 (T2) Indonesia 
     ==>       912 + -598 (T2)
               912.598
Tabel + Tabel
Contoh :
   * Prospecting for Gold in Colorado
   
     622.1841Gold prospecting
                  Add to base number 622.18 the numbers  following 553 in   553.2-553.9,  e.g., prospecting  for petroleum 622.1828 ;  however, for prospecting for water, see 628.11
 Standard subdivisions are added for specific materials  even if only  one type of prospecting is used, e.g., seismic  exploration for  petroleum inTexas 622.182809764
     -09 (T1)     Historical, geographical, person treatment
     -788 (T2)    Colorado
     ==>          622.1841 + -09 (T1) + -788 (T2)
                  622.184109788 
C.   PENUTUP
Dalam DDC, pengetahuan dibagi menjadi 9 kelas utama yaitu Filsafat, Teologi, Sosiologi (kemudian Ilmu-Ilmu sosial),Flologi, Ilmu Alam, Useful arts, kesenian(Fine arts), sastra, dan sejarah. Beberapa diantaranya kini tidak dianggap lagi sebagai disiplin.Kini lebih di anggap sebagai bidang kajian dengan masing-masing bidang mencakup beberapa disiplin akademis.Pada universitas modern, bidang semacam Filsafat, bahasa, kesenian, dan sastra di kelompokkan dalam kelompokkan Humaniora, sejajar dengan bidang kajian lain seperti Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu-Ilmu Alam. Ilmu-Ilmu Sosial terdiri dari beberapa disiplin.
Dari penjelasan diatas maka didapatkan beberapa kesimpulan yang mengacu pada kelebihan dan kelemahan DDC. Beberapa kelebuhan DDC adalah 
1.DDCmerupakan sistem yang peraktis dan merupakan bagain klasifikasi yang paling banyak digunakan didunia,termasuk indonesia.
2.DDC menggunakan lokasi relatif untuk pertama kalinya 
3.Revisi berkala dengan interval teratur menjamin kemutakhiran bagan klasifikasi Dewey.
4.Notasi murni dengan angka arab dikenal dengan universal.
5.Urutan numerik kasak mata memudahkan penjajaran dan penempatan buku di rak.
6.Sifat hirarkis notasi DDC mencerminkan hubungan antara nomor kelas.
7.Penggunaan notasi desimal memungkinkan perluasan dan pembagian subdivisi tanpa batas.
8.Sifat mnemoniks notasi membantu pemakai mengingat dan mengenali nomor kelas.
Sedangkan kelemahan yang muncul dari sistem DDC adalah sebagai berikut:
1.Klasifikasi Dewey terlalu berorientasi pada sifat Anglo Saxon serta kristiani.
2.Penempatan beberapa subjek tertentu dipemasalahkan.
3.Basis sepuluh DDC membatasi kemampuan perluasan sistem notasi, karena dari sepuluh divisi hanya sembilan yang dapat diperluas untuk memberi tempat subjek yang bertingkat sama dalam hierarki.
4.Perluasan sebuah subjek dxap[at dilakukan dengansistem desimal.
5.Relokasi dan phonix schedule sering menimbulkan masalh bagi pustakawan.
6.Laju pertunbuhan ilmu pengetahuan tidak sama sehingga membuat struktur ilmu pengetahuan tidak seimbang. 
Buku kerja ini dibuat oleh penyusun sebagai tugas akhir dari mata kuliah Dasar-Dasar Klasifikasi. Dengan tujuan untuk memudahkan proses klasifikasi bagi seorang petugas pengolahan bahan pustaka. Semoga keberadaan buku kerja ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin memakai DDC dalam proses klasifikasi.
 
DAFTAR PUSTAKA
1.Qayubi, Syihabuddin, DKK. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan Dan Informasi. Yogyakarta: IPI Fakultas Adab UIN Suka, 2007
2.Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1991
3.Hamakonda, Towa P. Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey. Jakarta: BPK Gunung Muia, 1995
4.Mitcell, Joan S. DDC Summaries 21 : A Brief.
  http://www.gpntb.ru/win/inter-events/crimea96/report/DOC1/84.html  yang diakses pada Senin 16  Maret 2009 pukul 10.45 WIB
5.DDC edisi 21 versi elektronik
6.Ramdan. Sejarah dan Karakteristik DDC.
  http://dalamzero1.blogspot.com/2008/12/sejarah-dan-karakteristik-ddc.html  yang diakses  pada Kamis 11 Juni 2009 pukul 12.54 WIB
    
UNTUK HAL TERKINI ADAGAK PEDOMANNYA
BalasHapushaii... slm kenal ya..bkrj d mna?
Hapusmasih bingung
BalasHapusoke siip, terima kasih sangat bermanfaat bagi pengelola perpustakaan, ada gak panduan DDC elektronik? terima kasih
BalasHapusmb sy ijin copas tulisannya boleh..utk bahan belajar lg..
BalasHapusapa kendala dalam menentukan notasi sebuah bahan pustaka?
BalasHapusIkut copy paste, Bu.
BalasHapusijin copas, terima kasih
BalasHapus